Jumat, 25 Januari 2019

Budidaya Udang Galah


  BUDIDAYA UDANG GALAH DIAQUARIUM



Udang galah merupakan jenis udang air tawar dengan ciri kepala yang berbentuk kerucut, restrum melebar di bagian ujung dengan bentuk tubuh memanjang serta melengkung ke atas. Udang galah memiliki gigi yang berbentuk seperti gergaji sebanyak 12 untuk bagian atas dan 11 untuk bagian bawah.
Untuk udang galah jantan tubuhnya lebih besar serta capit besar serat tubuh yang lebih panjang. Permintaan akan udang galah ini sangatlah tinggi bahkan sampai ke luar negeri sehingga ternak udang galah menjadi bisnis 
Udang galah hidup pada area sungai yang menghubungkan ke laut sehingga dalam masa pertumbuhan dari larva sampai juvenil atau benur maka hidup di air payau. Sesudah benur dewasa, maka proses berkembang biak akan dilanjutkan pada air tawar. Untuk anda yang ingin ternak udang galah di aquarium, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti ulasan lengkap yang akan kami berikan berikut ini.
1.      Pemilihan Benih
Budidaya udang galah haruslah dipilih bibit terbaik dan berkualitas. Pilih benih dengan ukuran yang sedang dan tidak memiliki cacat serta sehat. Untuk ciri ciri udang galah yang sudah layak untuk dipijahkan adalah:
·         Memiliki ukuran panjang 10 hingga 20 cm
·         Bobot udang galah sudah mencapai 50 gram per ekor
·         Telur memiliki warna coklat tua
·         Tidak memiliki cacat fisik serta akan meronta jika dipegang.
2.    Penebaran Benih Udang Galah
Benih udang galah yang akan ditebarkan sebaiknya berukuran tokolan agar bisa lebih tahan dibandingkan dengan juvenile berbeda dengan budidaya udang hias. Penebaran benih pada sistem tunggal bisa berjumlah 5 hingga 10 ekor per meter persegi dengan tokolan yang berukuran 3 hingga 5 cm. Namun penebaran benih udang galah bisa dilakukan hingga 15 ekor per meter persegi apabila air dan pakan cukup. Namun jika air cukup tetapi pakan kurang dan tidak ada pakan tambahan, maka kepadatan benih udang hanya 10 ekor per meter persegi.
3.    Pemberian Pakan Udang Galah
Untuk pakan udang galah bisa ditambahkan pelet dengan kadar protein sebanyak 25% dan jumlah pakan sebanyak 5% dari berat keseluruhan udang per harinya. Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali sehari yakni sore dan malam hari pada saat udang sedang aktif.
Pakan yang diberikan untuk udang galah harus tinggi akan protein dan juga bisa ditambahkan pakan alami seperti singkong, talas, ampas kelapa, jagung dan beberapa jenis pakan lainnya. Namun jika ingin memberikan pakan ampas kelapa, maka jangan dilakukan terlalu berlebihan karena bisa menyebabkan air aquarium menjadi keruh. Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya udang galah seperti berikut ini:
·         Perhatikan aspek kimia dimana pakan udang galah harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.
·         Aspek fisik pakan yakni bentuk dan ukuran pakan, ketahanan dalam air dan juga teknik pengepakan.
·         Aspek biologi yakni nilai konversi pakan atau perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan kemampuan pakan yang dikonsumsi supaya bisa meningkatkan berat tubuh udang.
·         Aspek ekonomis yakni kelayakan harga yang dilihat dari segi kualitas dan nilai pakan.
4.    Pengelolaan Air
Aquarium tempat pemeliharaan udang galah harus selalu memperhatikan mutu dan jumlah air yang digunakan sama seperti budidaya lobster air tawar yang membutuhkan air bersih untuk hidup. Untuk memperbaiki mutu air bisa dilakukan dengan cara menebar ikan jenis pemakan plankton dengan kepadatan yang rendah. Mutu air yang kurang baik terlihat dari banyaknya udang di permukaan saat pagi hari sehingga sepertiga air harus diganti.
5.    Persyaratan Kualitas Air
Udang galah bisa berkembang dengan pesat dan baik pada lingkungan air yang juga berkualitas baik. Air yang digunakan dalam aquarium harus benar benar bersih, bebas dari pencemaran dan memenuhi standar seperti suhu air antara 26 derajat celcius sampai 31 derajat celcius, kecerahan air antara 25 hingga 40 cm, pH antara 6 hingga 8, kesadahan 40 sampai 100 ppm, oksigen terlarut sebesar 4 hingga 6 ppm, amoniak dibawah 0.1 ppm dan nitrit dibawah 5 ppm.
Suhu air ini bisa diketahui memakai termometer dan kecerahan air adalah ukuran kepadatan plankton. Jika air berwarna hijau kecoklatan dengan kecerahan 25 cm sampai 40 cm, maka plankton bisa tumbuh sangat baik untuk mendukung perkembangan udang galah. Kesahadan adalah ukuran menyangga goncangan keasaman, oksigen terlarut juga harus berjumlah ideal sebagai sumber energi namun juga tidak boleh terlalu tinggi sebab bisa membuat udang stress.
6.      Mengatasi Kanibalisme
Salah satu masalah yang sering dihadapi para peternak udang galah ataupun budidaya lobster air tawar di aquariumadalah sifat kanibal yang ada pada udang galah. Udang galah merupakan jenis udang tawar kelas krustase sehingga sifat kanibalisme yang dimiliki sangat tinggi sebab berhubungan dengan genetik dan kebiasaan hidup udang galah. Kanibal juga akan semakin tinggi jika ukuran udang sangat beragam dalam satu aquarium. Metode yang bisa digunakan untuk mengurangi kanibalisme udang galah adalah dengan memanipulasi tingkat kenyang, frekuensi pemberian pakan, distribusi pakan dan juga menentukan jenis pakan yang disukai udang galah.
7.    Pencegahan Penyakit Udang Galah
Penyakit udang galah yang biasanya terjadi adalah bintik hitam, kotoran putih, insang merah, nekrosis dan putih berbeda dengan penyakit pada budidaya udang vaname air tawar. Penyakit bintik putih menjadi penyebab terbesar dari budidaya udang galah yang terjadi karena infeksi virus SEMBV. Serangan virus ini bisa terjadi sangat cepat dimana dalam beberapa jam kemudian menyebar dalam satu aquarium yang menyebabkan banyak udang mati. Gejala pada saat udang masih hidup adalah berenang tidak beraturan di permukaan dan akan langsung mati saat menabrak.
Sementara penyakit bintik hitam atau black spot terjadi karena virus MBV dengan gejala muncul bintik hitam pada cangkang yang diikuti dengan infeksi bakteri sehingga ada bagian tubuh udang yang rusak. Cara mencegah penyakit ini adalah dengan menjaga kualitas air dan kebersihan aquarium. Untuk penyakit kotoran putih atau mencret terjadi karena konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam aquarium dengan gejala kotoran putih yang ada di dasar aquarium serta menurunnya nafsu makan sampai akhirnya mati.
Insang merah juga menjadi penyakit udang galah yang ditandai dengan warna merah pada insang karena tingginya tingkat keasaman air aquarium yang bisa diatasi dengan cara menebar kapur dolomif pada aquarium. Sedangkan untuk penyakit nekrosis terjadi karena bakteri terlalu banyak pada aquarium dengan gejala timbul luka berwarna hitam pada tubuh khususnya di bagian ekor.
8.    Pergantian Kulit Udang Galah
Frekuensi pergantian kulit dari udang galah terjadi setiap 20 hingga 40 hari sekali. Proses ini dipengaruhi oleh umur, kualitas pakan, jumlah pakan, kualitas air dan juga lingkungan hidup. Molting ini diatur oleh hormone yang dihasilkan kelenjar terdapat dalam tangkai mata.
9.      Pembuatan Shelter
Shelter atau tempat persembunyian udang berguna untuk tempat berlindung udang pada saat udang mengalami pergantian kulit atau molting yang juga dibutuhkan pada budidaya udang air tawar di aquarium. Shelter ini sangat penting sebab pada saat pergantian kulit, kondisi tubuh udang sangat lemah sehingga jika tidak terdapat tempat persembunyian akan dimangsa udang lain. Shelter udang galah dalam aquarium bisa dibuat dari pucuk pohon bambu yang bagian daunnya sudah dibuang, pelepah daun kelapa atau blarak dan juga anyaman bambu. Shelter ini dipasang dengan cara ditenggelamkan pada dasar aquarium.
10.   Masa Reproduksi Udang Galah
Masa reproduksi udang galah dimulai dari waktu subur sampai pemijahan dan juga menghasilkan keturunan. Udang galah umumnya akan berkembang biak pada saat bobot tubuhnya mencapai 50 gram dengan jumlah telur antara 15 ribu hingga 25 ribu. Jumlah telur ini akan berbanding lurus dengan bobot udang sehingga semakin berat udang maka akan semakin banyak jumlah telur. Untuk pemijahan udang galah secara alami akan terjadi pada saat udang jantan dan betina matang gonad atau siap kawin ini bertemu. Pemijahan udang galah terbilang singkat yakni 1 hingga 2 hari. Sesudah dibuahi, maka dalam waktu 2 hingga 4 hari telur akan dilepaskan dan menetas menjadi larva yang selanjutnya akan berkembang biak menjadi dewasa.
11.  Panen Udang Galah
Untuk panen udang galah bisa dilakukan saat berumur 4 hingga 5 bulan atau sesudah berukuran sesuai dengan permintaan pasar yakni 30 sampai 40 ekor per kilogram berbeda dengan cara budidaya udang vaname dengan plastik mulsa. Panen udang galah akan lebih baik dilakukan pagi hari namun harus dilakukan secara perlahan agar tidak stress. Siapkan juga alat untuk panen seperti jaring, penampungan, es batu serta ember atau styrofoam. Sesudah di panen, bawa sesegera mungkin ke cold storage yang dipisahkan sesuai kondisi dan ukuran udang.

Daftar Pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=KAMTQswi8fE

Jumat, 18 Januari 2019

Budidaya Ikan Lele Sistem Boster


BUDIDAYA IKAN LELE SISTEM BOSTER



Ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di Indonesia. Peluang bisnis ikan lele tidak hanya mencakup bisnis rumah makan. Bahkan, saat ini ikan lele dapat diproses berbagai produk olahan. Ada terobosan baru pada budidaya ikan leleyang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan nilai tambah produk ikan lele. Salah satunya adalah mengaplikasikan budidaya ikan lele dengan metode booster
Masyarakat Indonesia tentu sudah kenal betul dengan ikan lele yang menjadi makanan favorit dimana-mana. Harganya yang terjangkau dan rasanya yang lezat dengan sentuhan tradisional membuat ikan lele sangat laku di pasaran. Jelas saja, kini banyak restoran yang menjadikan lele sebagai menu utamanya, entah itu lele goreng, pecel lele, ataupun yang lainnya.
Hal ini membuat banyak sekali orang yang tertarik mempelajari bagaimana cara ternak lele, karena merupakan peluang bisnis yang cukup menggiurkan di Indonesia walaupun saingannya pun berat, karena jumlah produksi ikan lele di Indonesia sudah sangat tinggi.
Selain cara budidaya lele di musim hujan, ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk membudidayakan ikan lele, salah satunya adalah sistem boster. Apakah itu sistem boster? Sistem boster memungkinkan untuk beternak ikan lele dengan cara mendesain konstruksi kolam dengan sistem central draindimana bahan organik akan terkumpul di tengah dan Anda dapat dengan mudah untuk membuang kotoran agar lebih hemat air, walaupun begitu  tetap harus mengganti air secara berkala. Luas kolam juga disesuaikan dengan lahan yang  miliki saja dan tidak harus sangat luas.
Pada budidaya ikan lele dengan metode booster, air merupakan media yang sangat penting dalam hal pembudidayaan. Hal ini karena pemilihan air dapat menjaga dan mendukung perkembangan ikan yang sedang dibudidayakan. Selain itu, tidak lupa untuk selalu menjaga kebersihan kolam adalah kunci utama kesuksesan pada budidaya ikan lele. Dengan perawatan yang selalu diperhatikan, secara otomatis ekosistem yang terdapat di dalam kolam akan terjaga dengan baik.
Dengan ukuran 2,5 x 3 meter saja  dapat menampung sekitar 200-300 ikan lele namun ada baiknya untuk segera dipanen apabila sudah semakin penuh agar ikan lele tetap merasa nyaman.
Berikut beberapa keunggulan yang dapat Anda peroleh apabila mempraktekkan cara budidaya ikan lele dengan sistem boster:
·       Lahan yang butuhkan relatif tidak terlalu besar, sehingga cocok bagi Anda yang memiliki keterbatasan lahan namun ingin sekali memulai usaha ini.
·      Dapat menghemat biaya listrik, air, maupun perlengkapan lain yang dibutuhkan selama proses budidaya
·     Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja dan memudahkan pengontrolan. Kolam yang sempit justru memudahkan untuk melakukan perawatan sehingga tercapai efisiensi pakan dan tenaga kerja
Cara Budidaya Ikan Lele Sistem Boster
Berikut ini adalah cara budidaya ikan lele sistem boster:
1. Menyiapkan Alat dan Bahan
Alat dan bahan mencakup lahan dan juga komponen pendukung lainnya untuk mendesain habitat buatan bagi ikan lele agar sesuai dengan habitat aslinya atau tempat tinggal sebelumnya.
·   Buatlah kolam terpal sebagaimana cara budidaya ikan patin di kolam terpal yang berbentuk bulat ataupun persegi sesuai kebutuhan, dengan desain central drain agar bahan organik dapat berkumpul di tengah dan mudah untuk dibuang tanpa harus memperbaharui seluruh air dalam rentang waktu yang dekat demi penghematan dengan tetap menjaga kebersihan kolam.
·         Isi kolam dengan air bersih dengan ketinggian kira-kira 60 cm atau disesuaikan dengan kolam yang  miliki.
·     Lakukan sterilisasi air dengan larutan boster blue copper sesuai aturan untuk membunuh kuman atau bakteri yang mungkin masih tertinggal di dalam air.
·     Untuk menyiapkan pakan bagi ikan lele, Anda harus memicu pertumbuhan plankton. Caranya adalah dengan melakukan fermentasi boster aquaenym dengan boster plankton yang dibiarkan selama 3 hari dan terbarkan pada kolam. Sebenarnya, Anda juga dapat menggunakan pupuk kandang untuk membuatnya, Anda tinggal memilih bagaimana yang lebih mudah untuk dijangkau dan dibeli.
2. Menyiapkan Bibit yang Berkualitas
Ada perbedaan antara ikan lele jantan dan ikan lele betina yang harus Anda perhatikan. Dengan memahaminya, Anda akan tahu mana bibit yang berkualitas dari keduanya.
·        Ikan lele jantan cenderung memiliki warna yang lebih gelap dari ikan lele betina, ciri fisik ini hanya untuk membedakan saja.
·   Bentuk kepala ikan lele jantan terlihat pipih, sedangkan yang betina terlihat lebih cembung.
·      Bagian perut ikan lele jantan lebih ramping dibandingkan punggungnya, sedangkan yang betina sebaliknya.
·       Alat kelamin ikan lele jantan berbentuk runcing, sedangkan yang betina berbentuk bulat.
·         Gerakan ikan lele jantan cenderung jauh lebih lincah dari betina. Walaupun yang betina cenderung lamban, bukan berarti sedang dalam kondisi sakit karena memang agak tidak banyak gerak, untuk itu perhatikan ciri yang lainnya.
·   Besar rata-ratanya tergantung varietas, pastikan dan bandingkan antara bibit satu dengan yang lainnya apakah memiliki kecenderungan yang sama.
·         Belilah di toko yang terpercaya.
3. Mulai Penyebaran Bibit
Menyebar bibit lele mudah saja, hanya saja perawatannya yang perlu diperhatikan dengan seksama.
·        Apabila kolam sudah menghijau kecokelatan, ini merupakan indikasi bahwa fitoplankton dan zooplankton sudah berhasil tumbuh dan dapat dijadikan pakan untuk bibit lele. Anda sudah dapat menebar bibit lele untuk dibudidayakan.
·  Biarkan bibit beradaptasi dengan kolam selama beberapa waktu hingga aktivitas geraknya sudah normal seperti pada tempat tinggal sebelumnya. Jika sudah mulai bergerak kesana kemari dengan aktif, Anda dapat menambahkan pakan alternatif lainnya sedikit demi sedikit.
·      Jika ada beberapa bibit yang cenderung sudah dewasa, Anda perlu menambahkan jenis pakan lainnya seperti halnya cacing, ikan-ikan kecil, maupun boster fish imunovit sesuai prosedur yang berlaku. Syarat pakan yang dapat digunakan tentunya harus mengandung protein tinggi dan sesuai dengan ukuran ikan lele, tidak terlalu besar.
·         Pakan-pakan yang khususnya berasal dari hewan atau tumbuhan harus Anda pastikan kebersihan dan kesehatannya. Untuk itu ada baiknya Anda membeli saja dari toko terdekat, tidak mengambil secara sembarangan karena dapat membahayakan habitat ikan lele meskipun sistemnya central drain.
4. Perawatan
Perawatan meliputi bagaimana harus melakukan manajemen pakan, pengairan, dan juga kesehatan dari ikan lele dengan cara memahami berbagai hal berikut:
·    Pemberian pakan hendaknya menganut konsep adlibitum, dimana pakan diberikan hingga seluruh ikan lele sudah kenyang dan berhenti mencari makanan walaupun masih ada pakan yang tersisa di kolam. Hal ini penting untuk membuat seluruh ikan merasa seperti di habitat aslinya, dimana makanan memang tersedia berlimpah, sehingga memastikan bahwa tidak ada satupun ikan yang merasa kelaparan. Termasuk bisa meningkatkan sistem antibodi ikan lele. Dengan begitu, ikan tidak mudah terserang penyakit. Ikan lele juga bisa tumbuh dengan maksimal, dengan kualitas yang sangat bagus. Inilah kenapa diperlukan manajemen pemberian pakan yang harus dilakukan dengan benar karena pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan ikan. Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan hasil panen ikan yang melimpah.
·   Pada awal penebaran, pembuangan kotoran melalui central drain dapat dilakukan setelah 5 hari bibit disebar. Namun, apabila jumlah ikan lele sudah banyak dan sudah dewasa, perlu melakukan pembuangan kotoran sekitar 5 kali dalam sehari untuk memastikan airnya bersih.
·   Untuk menjaga kesehatan ikan lele,juga harus memperhatikan antibodi yang dapat memperkuat sistem imunitas ikan lele. Pertama,harus memperhatikan derajat keasaman air kolam, jangan sampai terjadi fluktuasi yang begitu besar karena dapat membuat ikan lele stres dan susah beradaptasi yang menyebabkan kematian. Jika terjadi kondisi demikian karena kondisi cuaca yang ekstrim, berikan vitamin C dan immunistimulan serta boster blue copper seperti ketika sterilisasi air untuk menjaga kesehatannya. Namun ingat, gunakan sesuai petunjuk yang berlaku.. Kesehatan ikan lele harus selalu dikontrol. Sebab, dibutuhkan berbagai langkah tepat dalam pemantauannya. Perawatan air harus diterapkan dengan baik. Dengan begitu, dominasi probiotik dan patogennya lebih mudah dikendalikan. Caranya, dengan membuang kotoran secara teratur, menggunakan antiseptik agar air lebih steril dan menebarkan probiotik keesokan harinya.. Selain itu, harus menjaga kondisi keasaman air atau pH air tidak berubah-ubah dengan fluktuatif. Saat lingkungan berada dalam kondisi ekstrem, pemberian vitamin C dan immunostimulan sangat dianjurkan.
5. Masa Panen                                                                  
Masa panen lele juga relatif tergantung dengan perawatan yang Anda lakukan. Apabila  melakukannya dengan benar, dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan Anda sudah dapat memanennya. Rentang waktu yang sebentar ini tentu sangat memberikan keuntungan yang berlipat ganda namun butuh kecermatan dan kesabaran dalam merawatnya setiap hari. Penasaran dengan cara budidaya ikan lele sistem boste

Daftar Pustaka


                               

Budidaya Ikan Gabus di Kolam Beton


 BUDIDAYA IKAN GABUS DI KOLAM BETON


Gabus merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan air tawar dan banyak ditemukan di perairan danau, rawa, sungai, ataupun sawah. Ikan dengan nama ilmiah Channa striata ini memiliki ukuran yang cukup besar, tubuhnya gilig memanjang, bagian atas tubuhnya memiliki warna hitam kecoklatan atau kehijauan,bagaian bawah tubuh berwarna putih serta bagian samping ikan terdapat corak yang agak kabur. Makanan ikan ini adalah berbagai ikan kecil dan hewan air lainnya, serta serangga.
Ikan Gabus diketahui kaya akan kandungan gizi diantaranya Albumin yaitu salah satu jenis protein penting yang diperlukan tubuh terutama untuk membantu penyembuhan luka dan masih banyak lainnya.
Untuk membedakan antara ikan gabus jantan dan betina muda, anda dapat membedakan melalui tampilan fisiknya. Jika ikan memiliki bentuk kepala oval dengan warna tubuh agak gelap, lubang genital memerah dan apabila diurut akan mengeluarkan cairan benih berarti ikan gabus tersebut adalah ikan jantan. Jika ikan memiliki kepala dengan bentuk agak bulat dengan warna tubuh agak terang, memiliki bentuk perut yang agak besar dan lembek apabila dipegang serta apabila diurut akan mengeluarkan telur berarti ikan gabus tersebut adalah ikan betina.
Ikan gabus adalah ikan yang cukup sering dibudidayakan dan merupakan jenis ikan yang terkenal dan populer dikalangan masyarakat. Bagaimana tidak, selain rasanya yang lezat, ikan ini jugadikenal dengan ukurannya yang memang besar. Ikan gabus memiliki manfaat kesehatan tertentu seperti kadar albumin yang tinggi ketimbang beberapa ikan lainnya, dan inilah mengapa banyak yang mencari cara budaidaya ikan dikolam beton tersebut. Berikut kami akan mengulas cara budidaya ikan gabus di kolam beton :
1.   Membuat Kolam
Kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan gabus adalah kolam beton. Ukuran kolam bisa disesuaikan dengan luas lahan dan juga jumlah ikan gabus yang akan dibudidayakan. Sebelum digunakan, keringkan selama sekitar 3 hingga 4 hari. Setelah dikeringkan isi air.
Ukuran kolam menentukan ukuran dan jumlah ikan yang harus Anda beli.  Dan meskipun kedengarannya agak sulit untuk dikatakan, Mungkin ingin memulai dengan ikan gabus yang kecil dan murah sampai  memastikan  memiliki kondisi yang tepat untuk menjaga ikan tetap hidup. Untuk sebagian besar, tidak akan menemukan ikan yang lebih kuat daripada ikan gabus.
Saat menghitung berapa banyak ikan yang bisa dapatkan, aturan saat ini untuk kolam beton dalam ruangan adalah satu inci ikan per galon air. Di kolam beton dengan dukungan tanaman yang baik, mungkin dapat mengisi ini dengan satu atau dua ikan per inci. Berapa galon air di kolam ? Mudah, setelah  membeli ikan, akomodasikan ke air seperti biasa, dan biarkan mereka berenang.
Sekarang adalah waktu ketika harus mengamati dengan seksama apa yang terjadi di kolam Anda. Lingkungan akan berubah dengan cepat selama minggu depan atau lebih, dan sementara Anda harus mengatasi masalah besar, juga sangat penting untuk membiarkan kolam dan penghuninya yang baru menyeimbangkan ekositemnya sendiri. Jika mereka butuh sedikit bantuan, berikut beberapa solusidan cara mengatasinya seperti cara budidaya ikan gabus di kolam tanah.
3. Memasukan Benih
Setelah kolam siap, lakukan penebaran benih ikan. Larva bibit ikan gabus yang telah berumur 2 minggu langsung ditebar dalam kolam. Penebaran bibit tersebut sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Setelah ditebar bibit ikan gabus jangan diberi pakan dahulu, setelah 2 hari baru diberi pakan.
bibit terpercaya. Sebelum menebarkannya dikolam betin maka setidaknya harus memastikan kualitas dari bibit-bibit tersebut, gunakan hanya bibityang sehat dan berkualitas. Caranya mudah, hanya perlu melihat bagaimana bentuk mereka. Bibit yang berkualitas akan lebih lincah dan tidak memiliki cacat.
Namun, jika bibit terlihat cacat atau tidak memiliki ukuran yang sama maka jangan langsung ditebarkan di kolam beton pemeliharaan. Tebarkan bibit pada saat pagi maupun sore hari. Biarkan bibit beradaptasi dan mulai terbiasa dengan lingkungan dan air kolam terlebih dahulu. Akan butuh beberapa hari hingga mereka terbiasa seperti cara budidaya gabus di kolam terpal
Uji dan Pantau Parameter Air
Jadi bagaimana cari tahu kapan air aman untuk ikan ? Inilah mengapa disarankan untuk membeli kit pengujian air murah dan memantau kadar amonia, nitrat, nitrit dan pH air Anda. Sangat direkomendasikan menggunakan perangkat pengujian yang mudah dikelola dan hasilnya sangat jelas. Jika menguji air mingguan, satu kit akan bertahan cukup lama. Amonia, nitrat dan nitrit adalah senyawa kimia alami yang dihasilkan dari siklus hidup di kolam .
Mereka baik-baik saja dalam tingkat rendah, tetapi dibiarkan tidak terkendali mereka dapat membangun hingga jumlah yang tidak sehat. Ikuti petunjuk pada alat tes dan ambil langkah yang diperlukan untuk menjaga parameter air tetap benar. juga dapat menguji pH sumber air  dengan kit. Sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan sebagian besar tingkat pH, tetapi jika air sangat sulit, sayangnya mungkin diperlukan untuk menurunkan pH dengan bahan kimia 
4. Makanan
Pakan yan diberikan pada ikan gabus yaitu berupa pelet dengan kandungan protein 15 %, lemak 15 % dan karbohidrat 10 %. Selain itu, berikan pula pakan tambahan berupa ikan teri, anak rayap, sisa daging ampas dapur. Pelet dapat dibuat dengan cara mencampurkan 20 % ikan teri, 50 % dedek, 10 % ampas tahu, dan 10 % jagung, lalu direbus dan giling kemudian jemur hingga kering.
Sebagian, ikan akan dapat memakan pasokan biasa serangga yang akan jatuh ke air. Tetapi mungkin tidak akan cukup kecuali kalau itu adalah jentik nyamuk, dan mungkin ada kekhawatiran bahwa serangga akan membawa residu pestisida.  harus selalu menyimpan beberapa makanan ikan di tangan. Toko pasokan hewan peliharaan dan kebun akan memiliki makanan yang biasanya dalam bentuk pellet, dan instruksi tentang memberi makan.
Jatuhkan beberapa potong ke ikan. Jika mereka memakannya dengan cepat (setelah mereka pertama kali melihatnya), mereka mungkin kurang makan, dan  harus terus memberi mereka makan secara teratur. Kalau tidak, gunakan saja sebagai suplemen mingguan. Setidaknya berilah makan hingga 3 – 6 kali setiap harinya seperti cara budidaya gurame dikolam tanah.
5. Hindari Overfeeding Ikan
Yakinlah, sangat sulit untuk membuat ikan kelaparan. Satu kali makan per hari cukup banyak, pastikan menyediakan makanan untuk setiap jenis ikan di akuarium . Makanan serpihan yang baik memenuhi sebagian besar kebutuhan. Jangan berasumsi ikan gabus akan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari serpihan yang mengapung ke dasar tangki. Jika Anda memiliki ikan pemakan ganggang di tangki , akan ingin memasukkan alga untuk melengkapi makanan mereka.
Jangan memberi makan lebih dari ikan yang akan dimakan dalam beberapa menit. Makanan berlebih tidak hanya tidak sehat untuk ikan dan dapat menyebabkan penyakit, tetapi juga merusak tangki dan dapat menyebabkan lonjakan dalam bahan kimia tersebut. Ini juga dapat membantu menyebabkan situasi yang tidak diinginkan seperti pertumbuhan alga yang berlebihan atau wabah hama bekicot seperti cara budidaya belut dalam drum.
6. Penanganan Alga
Jika  menemukan bahwa kolam Anda telah ditumbuhi ganggang, ada beberapa solusi yang dapat Anda coba. Pertama, mungkin tergoda untuk mengosongkan seluruh kolam dan memulai kembali. Tidak butuh waktu lama untuk mencapai keseimbangan di lingkungan, dan menghancurkan apa yang telah dilakukan sejauh ini bukanlah solusi dan akan sangat menekan mungkin fatal untuk ikan Anda. Pertama, lihat situasi kolam.
Tanaman yang menutupi permukaan air akan menghalangi cahaya mencapai air, sehingga mengendalikan jumlah alga yang bisa tumbuh. Juga pertimbangkan untuk membeli pemakan atau siput alga untuk dimasukkan ke kolam Anda. Ini adalah pembersih kecil yang sangat efisien yang benar-benar harus ada di kolam yang cukup besar untuk mereka.  Peringatan tentang siput: mereka dapat bereproduksi dalam jumlah besar, jadi Anda sebaiknya hanya membeli satu. 
7. Pergantian Air
Perubahan air yang sering adalah kuncinya. perlu membuang sekitar sepertiga air dari kolam Anda setiap minggu dan menggantinya dengan air bersih yang segar. Ini mencairkan bahan kimia di dalam air dan membuatnya lebih sehat untuk ikan Anda. Jika kenyataannya, jika  gagal melakukan ini, Anda akan menemukan parameter air  lebih sulit untuk tetap terkendali.
Penumpukan limbah akan mencemari air sampai ke titik di mana ia menjadi tidak sehat bagi ikan. Anda juga harus belajar mengosongkan kerikil di kolam , untuk menghilangkan sisa-sisa yang telah terakumulasi di bagian bawah. Semua ini tidak sulit, dan tidak perlu lebih dari beberapa menit bekerja setiap minggu. Pengubah air dan sifon tersedia, yang memungkinkan Anda untuk menyedot dan membuang air pada saat yang bersamaan.

8. Panen
panen ikan gabus sebenarnya akan mengikuti permintaan pasar. Namun anda sudah bisa memanen ikan gabus setelah 5 hingga 6 bulan bibit ditebarkan dan dibesarkan dikolam pembesaran. Demikianlah cara budidaya ikan gabus di kolam beton. .

Daftar Pustaka


Jumat, 11 Januari 2019

Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang


Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) Secara Semi Buatan



2.1.1 Klasifikasi
            Klasifikasi lele sangkuriang (Clarias sp.) menurut Basahuddin (2009) dalam Mustafa (2010), sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Classis             : Pisces
Subclassis        : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Subordo          : Siluroidea
Family             : Claridae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias sp.
Lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di BBPBAT Sukabumi (Zairin et al, 2005) yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1985, sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBPAT Sukabumi. Pada tahun 2004, lele sangkuriang resmi dilepas sebagai varietas lele unggul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kp.26/MEN/2004 tertanggal 21 Juli 2004 (Sunarma, 2004).
1.2 Morfologi
            Menurut Anonimus (2005), secara umum morfologi ikan lele sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak dibudidayakan, hal tersebut dikarenakan ikan lele sangkuriang sendiri merupakan hasil silang dari induk ikan lele dumbo. Tubuh ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk tubuh memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala depress dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut.
            Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang dan sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).
            Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele sangkuriang terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri (Lukito, 2002). Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent) berbentuk seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah untuk membantu mengikat oksigen dari udara (Najiyati 1992). Mulutnya terdapat di bagian ujung dan terdapat empat pasang sungut. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang. Ikan lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan dan bersifat karnivora dan kanibal, yaitu memangsa jenisnya sendiri jika kekurangan jumlah pakan dan lambat memberikan pakan (Najiyati 1992).
1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup
              Habitat ikan lele sangkuriang adalah semua perairan air tawar (Suyanto, 2007). Lele sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu terdapat kandungan O2sekitar enam ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu antara 24-260C, pH berkisar 6-7, NH3 kurang dari satu ppm dan daya tembus matahari kedalam air maksimum 30 cm. ikan lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada siang hari, ikan lele lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk lumpur dasar untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) sebagai makanan yang terletak di dasar perairan (yustikasari, 2004). Pada siang hari biasanya lele bersembunyi dalam lubang-lubang persembunyian, seperti di bawah pematang sawah, pinggiran sungai, akar pohon, di dalam lubang kayu, atau bambu yang tenggelam (Surya, 2010).
              Ikan lele dapat bertahan hidup di dalam air kotor, air berlumpur, parit, bahkan dapat hidup di luar air hingga enam sampai delapan jam. Hal ini disebabkan karena adanya arborescent organ (Mudjiman, 1990). Lele juga relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Organisme ini dapat hidup baik pada dataran rendah sampai pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu antara 25-30°C. Pada ketinggian di atas 700 meter dpl, pertumbuhan ikan lele akan kurang baik (Kordi, 2010). Dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu perairan, budidaya masih tetap bisa dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian di atas 800 meter dpl (Sunarma, 2004). Sampai saat ini ikan lele sebagian besar dibudidayakan pada kolam tanah (Amisah et al, 2009).
1.4. Pakan dan Kebiasaan Makan
Menurut Kordi (2010), ikan lele sangkuriang termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan alami lele sangkuriang adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda.
Sementara itu, lele sangkuriang juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di kolam lele dapat memakan pakan buatan seperti pellet, limbah peternakan ayam, dan limbah-limbah peternakan lainnya (Himawan, 2008).
              Menurut Lukito (2002), pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat digemari induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi. Lele sangkuriang dapat memakan segala macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan nabati.
 Teknologi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
2.1 Persiapan Kolam Indukan
Menurut Prihartono dkk (2000), Pemeliharaan induk lele sangkuriang dapat dipelihara dalam kolam atau bak berukuran agak besar (3 x 4 x 1 m3), sedangkan kepadatannya adalah 5 kg/m2. Induk ikan lele sangkuriang juga dapat dipelihara dalam bak secara terpisah (jantan dan betina per generasi). Kolam untuk pemeliharaan induk sebaiknya memiliki kedalaman air sekitar 1,5 meter (Darseno, 2010).
2.2 Pengelolaan Induk
              Syarat utama dalam pemilihan induk adalah induk sudah matang kelamin, artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan sel telur. Induk lele sangkuriang yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya tetas telur, pertumbuhan, dan sintasanya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat (Sunarma, 2004).
A.           Seleksi Calon Indukan
              Proses pemijahan persyaratan induk betina ikan lele sangkuriang antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,7-1,0 kg dengan panjang standar 25-30 cm. Induk jantan antara lain umur 1 tahun, berat 0,5-0,75 kg dan panjang standar 30-35 cm. Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk betina yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang besar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dengan perabaan pada bagian perut. Induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan. Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang. Induk lele sangkuriang sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok dengan padat tebar 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir ataupun air diam (Sunarma, 2004). Tingkat kematangan gonad dipengaruhi oleh kondisi genetik ikan dan kandungan nutrisi pada pakan (Cek & Yilmaz, 2005). Oleh karena itu, Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2-3% dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.  
B.            Pemeliharaan Induk
Pada pemeliharaan induk, pakan yang diberikan untuk calon indukan dapat berupa pakan buatan seperti pelet dan pakan lainnya seperti ikan rucah, keong mas, bekicot dan lain sebagainya (Darseno, 2010). Pakan untuk induk dapat berupa pakan komersial yang memiliki kandungan protein di atas 25 persen dengan jumlah 12 pakan 2–3 persen dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam satu hari (BBPBAT Sukabumi, 2004). Seminggu sekali indukan lele diberi pakan hijauan berupa dedaunan, seperti daun talas. Makanan tambahan tersebut diberikan dengan tujuan agar telur yang dihasilkan berkualitas dan besar. Jika hanya diberi pelet, biasanya telur yang dihasilkan berukuran kecil. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, sore, dan malam hari (Darseno, 2010).

C.           Seleksi Induk Siap Pijah  
Tidak semua induk yang dipelihara di kolam indukan siap dipijahkan, hanya lele yang memiliki syarat tertentu yang boleh dipijahkan, dan harus dilakukan penyeleksian terlebih dahulu. Tujuan utama dari proses seleksi indukan adalah untuk mengetahui tingkat kematangan gonadnya. Induk yang diseleksi harus benar-benar unggul (Darseno, 2010). 
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad (Sunarma, 2004). Induk betina yang sudah matang telur memiliki perut yang membulat, lembek, dan lubang genital papilla terlihat jelas (Srivastava et al, 2012). Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Induk jantan yang sudah matang gonad ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan (Sunarma. 2004), dengan perut yang ramping (Srivastaka et al, 2012). Induk betina yang siap memijah umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70–1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Untuk induk jantan, umur 1 tahun, berat 0,5–0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm (Sunarma, 2004).
2.3 Pemberokan Indukan Lele Siap Pijah
              Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara dipuasakan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan (Mahyuddin, 2008). Pemberokan induk jantan dan betina dilakukan di bak atau kolam terpisah. Kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok dengan air mengalir ataupun air diam (Sunarma, 2004).



2.4 Teknik Pemijahan Lele Sangkuriang Secara Semi Buatan
              Menurut Sunarma (2004), pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak atau wadah pemijahan dengan pemberian kakaban.
              Pemijahan semi alami atau semi buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan. Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan 1:1 baik jumlah ataupun berat (Sunarma, 2014).
              Bila induk betina atau jantan lebih berat dibandingkan lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1:2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya induk betina dengan berat 2 kg/ekor dapat dipasangkan dengan induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan dipasangkan induk jantan dan betina masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan kelelahan, dilakukan induk jantan dengan induk yang baru. Pemijahan semi alami dapat dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari atau hipofisa atau hormon perangsang misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya. Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor/1 kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan mas) (Sunarma, 2014).
2.5   Penyuntikan Hormon Ovaprim
Hormon ovaprim merupakan hormon sintesis (buatan). Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Penyuntikan menggunakan hormon ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikkan saja, hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung atau disimpan pada suhu kamar (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Dalam kondisi tersebut, ovaprim tahan hingga 3-4 bulan (Sunarma, 2004). Hormon ovaprim telah dilaporkan menjadi agen merangsang efisien untukpematangan oosit dan ovulasi pada ikan lele (Srivastaka et al, 2012).
Proses penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 10–14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk (Sunarma, 2004). Dalam melakukan penyuntikan, digunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
Sebelum melakukan penyuntikan hormon ovaprim, dilakukan penimbangan induk jantan dan betina untuk menentukan dosis ovaprim yang akan disuntikkan (Srivastaka et al, 2012). Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2012) Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. Bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc (sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut). Pengambilan hormon dilakukan dengan menyedot menggunakan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan. Dilanjutkan dengan penyedotan kembali menggunakan jarum yang sama aquades untuk mengambil larutan garam fisiologis 7% sebanyak 0,5 ml yang digunakan untuk mengencerkan hormon ovaprim. Penyuntikan pada punggung ikan dilakukan sebanyak setengah dosis di sebelah kiri sirip punggung dan setengah dosis lagi disebelah kanan (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011) dengan kemiringan kurang lebih 30° sedalam 2-2,5 cm kearah ekor pada otot punggung (Mahyuddin, 2008). Penyuntikan dilakukan dengan sangat hati-hati. Setelah jarum suntik dicabut, bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
2.6   Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon Ovaprim
              Pemijahan semi buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami (Sunarma, 2004).
              Induk betina yang telah disuntik menggunakan hormon ovaprim dilepaskan ke dalam kolam pemijahan yang telah disiapkan. Kolam pemijahan untuk sepasang induk berukuran minimum 6 m2 atau 2x3 m2. Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air kurang dari 75 cm (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina dapat terluka karena perilaku pejantan yang terlalu kuat atau ganas. Kolam yang digunakan untuk pemijahan diberi kakaban dengan jumlah cukup yang mampu menutupi 75% dasar kolam. Kakaban tersebut diletakkan 5-10 cm di atas dasar kolam dengan menggunakan bata merah sebagai pengganjal dan penindih agar kakaban tersebut tidak mudah bergeser. Kolam kemudian diisi dengan air sampai kakaban terendam 5-10 cm (Suyanto, 2007).
              Selang satu jam setelah penyuntikan induk betina, induk jantan barulah disuntik dengan hormon ovaprim. Selang waktu itu diberikan karena reaksi terhadap hormon pada induk jantan lebih cepat dari pada induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah bersamaan (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Induk jantan yang telah mendapatkan suntikan hormon, dimasukan ke dalam kolam pemijahan bercampur dengan induk betina (Dardiani dan Sary, 2010). Pada proses pemijahan akan menghasilkan telur yang telah dibuahi oleh sperma akan menghasilkan telur-telur yang berbentuk bulat dan jernih berwarna abu-abu sedikit kekuningan (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
2.7   Penetasan Telur
              Telur ikan adalah sel gamet betina yang akan menjadi individu baru setelah sel tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Spermatozoa akan membuahi telu melalui lubang kecil yang terbuka pada kulit telur (lubang mikropil). Mikropil akan terbuka setelah ada kontak dengan air selama kurang lebih satu menit, lebih dari satu menit lubang mikropil akan kembali menutup. Jika selama lubang mikropil terbuka dan tidak ada sperma yang membuahi, maka telur tidak akan terguahi dan menjadi mati (Effendi, 1997).
              Pada pemijahan secara semi buatan, kakaban yang telah berisi telur dipindahkan ke dalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20 – 30 cm (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah, bak tembok, ataupun bak plastik (Sunarma, 2004).  Kolam penetasan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya agar tidak terkena hujan maupun panas matahari langsung (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).  Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir secara kontinyu untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi (Hossain et al, 2006). Alternatif lain yang dapat dilakukan dengan pemberian aerator untuk menjaga sirkulasi air dan sebagai penyuplai oksigen terlarut. Telur lele sangkuriang akan menetas setelah 30 – 36 jam (Sunarma, 2004).
2.8 Pemeliharaan Larva
              Proses pemeliharaan larva atau benih dimulai semenjak telur menetas sehingga menghasilkan lele sangkuriang ukuran bibit siap tebar. Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makan, sebab masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur yang melekat ditubuhnya. Persediaan kuning telur akan habis dalam 4 hari. Setelah kuning telur habis, pemberian pakan untuk larva dimulai. Pakan yang sesuai untuk larva adalah cacing rambut atau cacing sutra. Cacing rambut yang diberikan harus dalam keadaan hidup, bukan yang kering atau dalam keadaan mati (Nasrudin, 2010).

A. Seleksi dan Padat Tebar Benih Lele Sangkuriang
              Menurut Nasrudin (2010), penyortiran benih adalah kegiatan menyeleksi benih sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Penyortiran benih bertujuan untuk mendapatkan keseragaman ukuran benih dan untuk menghindarkan benih yang memiliki ukuran lebih besar karena bisa memakan benih yang berukuran lebih kecil. Penyortiran benih dalam segmen pembenihan lele sangkuriang umumnya dilakukan dua kali.
              Warisno dan Kres Dahana (2009), menyatakan bibit yang dipelihara dalam pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres dan cedera, sehingga pelepasannya harus dilakukan dengan hati-hati.  Kepadatan bibit, yaitu antara 500-700 ekor/muntuk benih ukuran 3-5 cm. Ukuran bibit yang dipelihara pada pendederan II dua kali lebih besar dari bibit pada pendederan I. Kepadatan bibit harus dikurangi sampai setengah dari kepadatan pendederan I, yaitu antara 250 - 500 ekor/m2.
B. Kebutuhan Kualitas Air Benih Lele Sangkuriang
              Kondisi air dalam budidaya harus disesuaikan dengan kebutuhan optimal ikan yang dipelihara. Keberhasilan suatu proses budidaya ditentukan oleh kedaan kuantitas air dan kualitas. Kuantitas air adalah jumlah air yang tersedia untuk proses budidaya yang berasal dari sumber air seperti sungai, sumur, saluran irigasi. Sementara itu yang dimaksud kualitas air yaitu berupa sifat kimia, fisika, dan biologi air. Sifat kimia air berupa derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), karbondioksida (CO2), amonia dan alkalinitas. Sementara itu sifat fisika air berupa kecerahan, suhu, kekeruhan, dan warna air. Serta yang dimaksud sifat biologi air yaitu banyak dan jenis plankton, benthos, dan tanaman air.
              Menurut Sunarma (2004), suhu optimal untuk ikan Lele Sangkuriang berkisar antara 22-340C. Kisaran pH yang dibutuhkan untuk benih ikan Lele Sangkuriang berkisar antara 6-9. Kandungan oksigen O2 terlarut yang baik untuk ikan lele sangkuriang yaitu lebih dari 1 mg/l. Menurut Rifianto (2000), kolam budidaya lele yang baik memiliki kandungan CO2 terlarut maksimum 11 mg/l, amonia total maksimum 1 mg/l, dan kandungan nitrit minimum 0,1 mg/l.
C. Kebutuhan Pakan Benih Lele Sangkuriang
              Setiap kelompok umur dan ukuran fisik diberi pakan dengan ukuran dan jenis yang berbeda (Tabel 1). Pakan yang diberikan untuk benih bisa berupa cacing sutra atau pelet ikan tipe 561-2SI. Pakan tersebut mengandung kadar protein yang baik untuk pertumbuhan lele (Surya, 2010).
Tabel 1. Jenis Pakan Untuk Benih Lele Sangkuriang
              Supaya benih cepat besar, pemberian pakan harus teratur dan air harus dijaga dengan baik. Pakan jangan sampai kekurangan dan air jangan sampai kotor. Kekurangan pakan menyebabkan pertumbuhan lele tidak maksimal dan terjadi kanibalisme. Air yang kotor bisa mengundang berbagai macam bibit penyakit dan menyebabkan gagal panen atau lele mati. Umumnya bibit lele cukup diberi pakan 2-3 kali sehari. Waktu pemberian pada pagi hari pukul 08.00-09.00, sore pukul 16.00-17.00, dan malam pukul 20.00-22.00 (Surya, 2010).
           
              Ikan kecil membutuhkan protein yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan besar karena laju pertumbuhannya relatif lebih tinggi. Lele yang masih kecil membutuhkan pakan dengan kadar protein 35-40%, sedangkan lele dewasa membutuhkan protein 25-30% (Tabel 2). Untuk pertumbuhan maksimal catfish dengan bobot tubuh 3 g membutuhkan protein empat kali lebih banyak dibandingkan dengan catfish yang berbobot 250 g meskipun rasio protein terhadap energi di dalam pakan tidak banyak berubah (Afrianto dan Liviawaty2005).
3.1 Fekunditas
Fekunditas merupakan semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu memijah (Effendie, 2002). Menurut Moyle (1988) dalam Sheima (2011), secara umum, pada setiap ikan fekunditas akan meningkat sesuai dengan ukuran berat tubuh ikan betina. Fekunditas ikan di alam akan bergantung pada kondisi lingkungannya, apabila ikan hidup di kondisi yang banyak ancaman predatornya maka jumlah telur yang dikeluarkan akan semakin banyak atau fekunditas akan semakin tinggi sebagai bentuk upaya untuk mempertahankan regenerasi keturunannya, sedangkan ikan yang hidup di habitat yang sedikit predator maka telur yang dikeluarkan akan sedikit atau fekunditas rendah. Pada umumnya individu yang pertumbuhannya cepat fekunditasnya juga lebih tinggi dibandingkan yang lambat pertumbuhannya pada ukuran yang sama (Effendie, 2002).
Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas yang relatif lebih kecil (Effendie 2002). Nikolsky (1963) dalam Mahendratama (2011) menyatakan bahwa ikan yang memiliki fekunditas yang besar umumnya memijah di daerah permukaan tanpa melindungi keturunannya, sedangkan ikan dengan jumlah fekunditas yang kecil akan memijah di tanaman atau substrat untuk melindungi keturunannya dari pemangsa. Menurut Effendie (2002), ikan yang untuk pertama kalinya memijah (recruit spawner) fekunditasnya tidak besar seperti pada ikan yang memijah beberapa kali tetapi berat tubuhnya sama,. Dalam satu spesies, semakin bertambah panjang dan berat tubuh maka tingkat kematangan gonad semakin tinggi, nilai indeks kematangan gonad semakin bertambah, maka fekunditas semakin meningkat (Mahendratama, 2011). Fekunditas dalam kegiatan pembenihan lele sangkuriang sebesar 60.000 butir (Kordi, 2010) dengan derajat penetasan telur antara 70-85% (Mustafa, 2010).
3.2 Daya Tetas
Daya tetas adalah kemampuan telur fertil yang menetas (Budi, 2008). Menurut Faqih (2011), Hatching Rate (daya tetas) menunjukkan persentase telur dari awal fertilisasi hingga telur yang menetas. Daya tetas lele sangkuriang bisa mencapai lebih dari 90% (Sunarma, 2004). Tingginya daya tetas dipengaruhioleh beberapa faktor, antara lain: suhu, curah hujan, debit air, feromon, dan kandungan pakan induk (Kordi, 2010).
3.3 SR (Survival Rate)
Tingkat kelangsungan hidup atau sintasan larva (Survival Rate/SR) adalah jumlah larva yang hidup setelah dipelihara beberapa waktu dibandingkan dengan jumlah larva pada awal pemeliharaan dan dinyatakan dalam persen (Effendie, 2004). Survival Rate/SR (tingkat kelangsungan hidup) ikan lele dapat mencapai 90 persen (Departemen Kelautan dan Perikanan 2007).  Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan/kelulushidupan benih lele diantaranya adalah kualitas benih, jenis pakan, kualitas air, penyakit (Hakim, 2009).
2.4 Permasalahan dalam Pembenihan Lele Sangkuriang 
Dalam kegiatan pembenihan lele sangkuriang, yang sering menjadi masalah adalah mortalitas yang disebabkan oleh hama dan penyakit (Hossain et al, 2012). Hama yang sering menganggu larva lele adalah adanya katak yang juga bertelur di dalam kolam penetasan sehingga sel-telur katak harus dibuang secepat mungkin sebelum menetas agar berudunya tidak menggangu larva lele. Supaya katak yang dapat memangsa larva lele tersebut tidak dapat masuk ke dalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diberi penutup dari kawat anyaman kandang ayam (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
Penyakit yang muncul pada benih ikan lele umumnya disebabkan karena
infeksi mikroba
, terutama oleh bakteri (Hossain et al, 2006). Menurut Haque et al (1993) dalam Hossain et al (2006), pada ikan yang mati akibat terserang penyakit menunjukkan ekor, sirip dan atau barbell yang membusukSalah satu yang bakteri sering dikeluhkan oleh pembudidaya lele adalah Aeromonashydrophilla. Gejala benih yang terserang adalah pembengkakan pada bagian perut yang bukan berisi pakan, melainkan berisi cairan bening. Gejala benih lele yang terserang bakteri ini adalah adanya pembengkakan pada bagian perut yang bukan berisikan pakan, melainkan berisi cairan bening. Penyakit ini biasa disebut dengan penyakit kembung karena dilihat dari perutnya yang buncit (Prasetya, 2011).
Cara penanggulangan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik dan vitamin yang dicampurkan dalam pakan (Hossain et al, 2006). Pengendalian penyakit akibat bakteri dilakukan dengan mencampur pakan dengan antibiotik seperti Chloramphe-nicol, Terramycin atau Oxsytetracycline. Dosisnya sebanyak 5-7,5 gram/100 kg pakan (Pusat Penyuluhan dan Perikanan, 2011).

Daftar Pustaka

http://Alpadani saad-22.blogspot.com/2017/02/pembenihan-ikan-lele-sangkuriang.html
https://www.infoikan.com/2017/02/panduan-lengkap-pembenihan-ikan-lele.html