MANAJEMEN AIR PADA BUDIDAYA LELE YANG BAIK
Walaupun memiliki ilmu cukup, modal banyak,
lahan luas, dan keinginan kuat; bila air yang ada tidak memenuhi peryaratan
hidup ikan, tipis kemungkinan bisa mendatangkan keuntungan. Kenapa? Air yang buruk menyebabkan lele tidak
memijah; telur busuk, tidak menetas, atau menetas langsung mati; benih tidak
tumbuh optimal; setelah umur tertentu banyak mati; pertumbuhannya terhambat;
dan masih banyak lagi kendala lainnya seperti pengadaan obat dan pengantian air
yang sering. Jadi, hindari lokasi yang ketersediaan dan kualitas airnya buruk.
Cari tempat lain yang kualitas dan ketersediaan airnya memadai sehingga usaha
bisa berlalan sesuai rencana. Air untuk budi daya lele bisa berasal dari
berbagai sumber seperti sungai, saluran irigasi danau, kolam, dan sumur
bor/gali. Bahkan, air hujan pun bisa digunakan, tetapi perlu diberi perlakuan
khusus sebelum digunakan karena kadar asamnya yang tinggi dan suhunya yang
dingin. Air tersebut tidak boleh tercemar oleh limbah seperti oli, minyak,
bahan kimia, logam berat, atau limbah lain yang membahayakan kehidupan lele.
Persyaratan air yang berkualitas baik yaitu warnanya bening, tidak berbau,
tidak tercemar, pH antara 55-75, kandungan zat besinya rendah, dan tidak
mengandung merkuri. Dan berikut Manajemen
Air Pada Budidaya Lele Yang Baik
Untuk air yang berasal dari sungai atau irigasi, bisa
langsung dialirkan ke kolam budi dava asalkan memenuhi persyaratan budidaya,
yaitu tidak tercemar limbah. Sementara itu, untuk air hujan dan air sumur
biasanya harus ditampung terlebih dahulu. Tujuannya agar bahan-bahan organik
mengendap dan air bisa digunakan. Biasanya, air sumur mengandung besi (fe) yang
cukup tinggi sehingga pengendapannya minimal 2-3 hari agar kandungan besinya
mengendap.
Manajemen
Air
Demi keberhasilan
usaha. masalah air harus benar-benar diperhatikan. Mulai dari perlakuannya
sebelum digunakan serta cara menggunakan dan mengaturnya agar kualitas air di
kolam pemeliharaan lele terjaga dan terkendali dengan baik Dengan demikian,
ikan menjadi sehat dan cepat tumbuh. Pada budi daya lele, pengaturan air
berhubungan dengan pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan, dan pemeliharaan
yang dalam praktiknya ada sedikit perbedaan.
1.
Manajemen air pemeliharaan induk
Dalam Manajemen Air
Pada Budidaya Lele Yang Baik yang pertama adalah pemeliharaan induk. Untuk
pemeliharaan induk bisa menggunakan air sungai, air irigasi, air sawah, air
sumur, air bekas kolam, bahkan air selokan. Sebelum digunakan, air untuk
pemeliharaan induk tidak perlu diendapkan, kecuali air hujan. Secara fisik,
induk lele sudah tahan terhadap perubahan, suhu, pH, dan kadar oksigen yang
rendah serta mampu beradaptasi dengan air baru. Khusus untuk kolam induk,
airnya harus dikeruhkan dengan pekat menggunakan tanah sawah atau tanah merah.
Tujuannya untuk mencegah perkelahian dan pemijahan liar di kolam pemeliharaan.
Untuk menjaga kualitas air kolam pemeliharaan, perlu adanya pengawasan rutin,
baik harian atau mingguan. Pergantian air sangat tergantung pada kepadatan
ikan, jenis pakan, dan banyaknya pakan yang diberikan. Semakin padat ikan dan
jumlah pakan yang diberikan, frekuensi pengantian air tentunya lebih sering.
Air kolam yang sudah menurun kualitasnya ditandai dengan bau menyegat dan tidak
sedap, air berbusa, terlalu keruh, berlendir, atau ada indukan yang
mengantungiindakan yang dilakukan untuk menetralisir air tersebut antara lain
sebagai berikut.
·
Mengurangi, lalu menambah air sesuai volume yang dikurangi.
·
Pergantian air total bila ada induk yang mengambang.
·
Penambahan air baru dan dibiarkan meluap melalui pembuangan.
·
pemberian probiotik pengencer air serta pengurai sisa pakan dan amoniak.
2.
Manajemen air untuk pemijahan dan penetasan telur
Dalam Manajemen Air
Pada Budidaya Lele Yang Baik yang kedua adalah untuk pemijahan dan
penetasan telur. Air untuk pemijahan yang dapat dimanfaatkan bisa berasai dari
mata air, sungai, irigasi, sumur bor, sumur gali, atau air ledeng yang tidak
menggunakan kaporit. Air sungai dan irigasi sebaiknya diendapkan sebelum
digunakan agar partikel-partikel terlarutnya mengendap. Kelemahan dari air
sungai dan irigasi terkadang mengandung bibit hama yang bisa memangsa larva
ketika telur menetas. Air yang diendapkan lebih dari tiga hari tidak baik untuk
pemijahan dan penetasan karena terlalu dingin serta bisa menjadi tempat
tumbuhnya hama dan bibit penyakit. Pengendapan air cukup semalam saja, setelah
itu langsung digunakan.
Air yang terlalu asam
(pH rendah) atau basa (pH tinggi) masih bisa digunakan dengan cara menetralisir
pH-nya terlebih dahulu. Air yang asam bisa dinaikkan pH-nya dengan kapur
pertanian atau soda kue. Untuk air yang pH-nya tinggi bisa diturunkan dengan
jeruk nipis, asam belimbing sayur, atau cuka. Setelah pH-nya netral, air
diendapkan sekitar 1-2 malam; lalu bisa digunakan baik untuk pemijahan,
pemeliharaan benih, ataupun pembesaran. Air hujan tidak baik untuk pemijahan
dan penetasan telur. Selain asam dan dingin, kadar oksigen terlarutjuga sangat
rendah sehingga menyebabkan telur gagal menetas.
3.
Manajemen air untuk pendederan
Dalam Manajemen
Air Pada Budidaya Lele Yang Baik yang ketiga adalah untuk pendederan.
Permasalahan air pada budi daya lele tahap pendederan adalah tidak netralnya
air yang digunakan. Supaya aman, sebaiknya air diendapkan minimal 1-2 malam.
Kolam terbuka yang terkena hujan dapat menyebabkar pH berubah. Selain itu, suhu
menjadi dingin dan kadar oksigen air menurun sehingga ikan menjadi stres,
mengambang, atau mati. Untuk mengatasinya bisa dengan membuang setengah air
kolam dan diganti dengan air baru yang telah diendapkan. Bisa juga menebarkan
beberapa genggam garam ikan pada saat hujan turun atau setelah berhenti. Untuk
menaikkan pH air, bisa menggunakan soda kue (misalnya ferrnipan). Caranya
adalah menyeduhnya terlebih dahulu. lalu disebar ke dalam kolam. Dosisnya 1/2
sendok teh/m3 yang dilarutkan dalam air. Kontrol harian dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Bila kualitas air di kolam pemeliharaan mulai menurun, segera
dinetralisir dengan penambahan, pengurangar overflow (diluapkan), atau
diencerkan dengan probiotik Frekuensinya tergantung kepadatan ikan dan jenis
pakan yang diberikan, antara 2-5 hari sekali.
Manaiemen
air untuk pembesaran
DAlam Manajemen Air
Pada Budidaya Lele Yang Baik yang ke empat adalah untuk pembesaran. Air kolam
pembesaran kualitasnya harus dilaga agar ikan tidak terserang penyakit atau
mati. Sebelum digunakan, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu selama 2-4
hari agar suhu. pH. dan oksigennya stabil sehingga tidak menyebabkan ikan
stres. Pergantian air di kolam pemeliharaan frekuensinya tidak sesering
pembenihan. Hal itu karena lele sudah cukup besar dan mampu beradaptasi dengan
kondisi air yang kurang baik. Namun, pada kepadatan tinggi, jumlah dan jenis
pakan yang diberikan cepat merusak air, seperti pelet, ayam tiren, ikan runcah.
Dengan demikian, frekuensi pergantian air harus lebih sering. Pengantian air
sebaiknya dilakukan sebelum air mengalami kerusakan. Mutu air yang buruk akan
menurunkan selera makan dan penyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Air yang
buruk juga menjadi tempat perkembangan bibit penyakit yang dapat menyerang ikan
yang dapat menyebabkan ikan sakit dan mati. Ciri-ciri air yang harus diganti
adalah berbusa atau berwarna cokelat/hijau pekat.
Untuk menjaga kualitas
air, bisa dilakukan dengan cara pengenceran atau mengurangi sebagian dan
menambah sebanyak air yang terbuang. Probiotik pengurai amoniak dan kotoran
juga dapat digunakan atau di-overflow (dibiarkan meluap melalui pembuangan air).
Menyiasati
Air bermasalah
Air bermasalah
sebenarnya tidak memenL persyaratan untuk budi daya lele. Namun, air tersebut
masih bisa digunakan dengan menyiasatinya terlebih dahulu agar suhu, 1 dan
kadar oksigennya stabil.
1. Air
hujan (asam)
Pembahasan Manajemen
Air Pada Budidaya Lele Yang Baik berikutnya adalah mengatasi air hujan. Air
hujan pada dasarnya tidak baik digunakan untuk budi daya lele, baik pembenihan
ataupun pembesaran karena suhu, pH, dan oksigennya tidak stabil. Agar bisa
digunakan, harus dinetralkar terlebih dahulu. Caranya dengan pengendapan dan
diberi bahan yang mengandung alkali/basa tinggi seperti kapur pertanian dan
soda kue.
Berikut cara
penggunaannya.
·
Untuk volume air 10 m3, ambil 1 sendok makan soda kue.
· Seduh dengan air dingin sebanyak” liter air, aduk hingga merata, lalu
tebarkan ke dalam kolam yang berisi air hujan.
· Endapkan selama 2 malam. Selanjutnya, air yang telah dikondisikan bisa
digunakan untuk pemeliharaan.
Penetralan air bisa
juga menggunakan kapur pertanian. Caranya sebagai berikut.
·
Siapkan 1 ember air, lalu tambah l/2 sendok teh/m3 air serbuk kapur
gamping,
·
Aduk rata, lalu tebarkan ke kolam.
·
Endapkan selama 2-3 hari.
·
Pindahkan air bagian atas ke kolam lain, lalu endapkan lagi selama semalam
agar suhu, pH, dan oksigen air stabil.
·
Air siap digunakan untuk budi daya (tidak cocok untuk pemijahan dan
penetasan).
2. Air
payau
Pembahasan Manajemen
Air Pada Budidaya Lele Yang Baik selanjutnya adalah mengatasi air payau. Air
payau biasanya terdapat pada tambak dekat laut. Walaupun pH-nya tinggi (basa),
air ini masih bisa digunakan untuk budi daya lele. Namun, hasilnya tidak
maksimal karena menyebabkan pertumbuhan lele terhambat. Agar kondisi airnya
netral dan dapat digunakan secara optimal, kadar pH-nya harus diturunkan. Caranya
dengan menambahkan zat asam seperti tawas, jeruk nipis, asam belimbing, atau
cuka. Berikut penggunaannya.
·
Peras beberapa butir jeruk nipis/belimbing sayur/beberapa tetes cuka/tawas
·
Tambahkan air, aduk hingga merata, lalu tebarkan ke dalam kolam berisi air
payau.
·
Endapkan selama 2-3 malam.
·
Untuk mengukur pH, gunakan kertas lakmus/pH meter.
·
Air siap digunakan untuk budi daya lele.
3. Air
yang mengandung logam berat
Pembahasan Manajemen
Air Pada Budidaya Lele Yang Baik berikutnya adalah air yang mengandung logam
berat. Air yang mengandung logam berat/limbah B3 sebenarnya tidak layak
digunakan untuk memelihara lele, terutama pembenihan. Bahayanya, telur tidak
dapat menetas atau menetas, tetapi langsung mati. Pertumbuhan pun akan
terhambat. Agar dapat digunakan, air harus diolah dahulu untuk mengikat dan
menetralisir kandungan racun di dalamnya Memang, prosesnya agak sedikit repot
Berikut caranya.
·
Siapkan kolam, isi dengan air sesuai dengan kebutuhan.
·
Tambahkan kotoran sapi atau kerbau sebanyak 2-3 karung untuk kolam
berukuran 10-20 m3.
·
Biarkan selama 2’3 minggu.
· Setelah 1 minggu, ambil air di bagian atas dengan pompa kecil (15 W).
Pompanya digantung agar kotoran tidak tersedot. Jarak air 10 cm dari endapan.
·
Pindahkan air tersebut ke kolam yang telah disediakan.
·
Endapkan selama 2 malam, selanjutnya air bisa digunakan.
Cara lainnya sebagai
berikut
· Siapkan 1 ember air, tambahkan kapur : sebanyak l/2 sendok teh/m3 air, lalu
aduk merata,
· Tambahkan serbuk tawas sebanyak 1 sendok teh/m3 air, larutkan dalam air
aduk merata.
· Tebarkan semuanya ke dalam kolam pengendapan air hingga merata, biarkan
selama 45 hari,
·
Pindahkan air bagian atas ke kolam lain (lO Cm dari dasar kolam).
· Endapkan lagi selama semalam agar suhu, pm dan oksigen air stabil, Air siap
digunakan untuk budi daya.
4. Air
yang terlalu dingin
Air yang terlau dingin
akibat iklim atau pengendapan yang telalu lama juga kurang baik digunakan untuk
budi daya lele. Air yang terlalu dingin menyebabkan telur tidak mampu menetas
dan ikan tidak bisa tumbuh dengan baik. Suhu dingin menyebabkan metabolisme
terhambat. Agar bisa digunakan, air tersebut harus dihangatkan terlebih dahulu
dengan pemanas air (water heater). Selain menggunakan zat penetral, peternak
juga bisa melakukan budi daya lele indoor atau di dalam ruangan tertutup yang
menggunakan lampu sebagai penghangat. Jadi, wadah yang digunakan bisa berupa
akuarium atau kolam yang masing-masing diberi water heater.
PENAMPUNG
AIR
Ada kalanya sumber air
yang ada tidak selalu sesuai dengan keinginan. Misalnya air hujan atau air
sumur. Kedua sumber air tersebut tidak bisa langsung digunakan untuk budi daya.
Hal itu karena masih banyak kandungan unsur-unsur yang dapat merugikan
pembudidaya. Misalnya air sumur yang biasanya mengandung unsur besi (Fe) dan
air hujan yang pH-nya cukup tinggi.
Untuk mengantisipasi
hal itu, diperlukan tampungan air agar air bisa digunakan. Fungsi tampungan ini
adalah mengendapkan air selama beberapa hari (biasanya 2-3 hari) agar air bisa
digunakan dengan aman Jadi, setelah diendapkan, diharapkan kondisi air bisa
netral dan unsur-unsur yang tidak diinginkan tidak ikut terbawa ke dalam kolam
pemeliharaan Kapasitas . mpungan disesuaikan dengan jumlah dan ukuran kolam
yang ada.
Daftar Pustaka