Jumat, 29 Maret 2019

Pembesaran Ikan Patin


PEMBESARAN IKAN PATIN



Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang digemari banyak orang. Ikan ini memiliki daging yang enak dan gurih sehingga dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan seperti digoreng, digulai, dan yang paling terkenal asam pedas. Kemanapun anda pergi berbagai rumah makan selalu menyediakan olahan ikan patin sehingga dapat ditebak permintaan terhadap ikan jenis catfish ini cukup tinggi. Hal ini dapat menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan.
kan patin sangat bagus untuk dibudidayakan serta memiliki peluang ekonomi di indonesia. Saat ini, pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang, oleh karena itu usaha budidaya ikan patin sangat layak untuk dikembangkan. Ikan patin seperti halnya ikan lele tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam kelompok catfish. Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok. Di beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging ikan patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.
Teknik budidaya ikan patin relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang budidaya ikan patin ini. Dengan permintaan yang demikian meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih intesnsif.

Persyaratan Budidaya Ikan Patin

Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut :
1.  Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3.  Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5.  Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26-28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6.   PH air berkisar antara: 6,5-7.

Teknik Pemeliharaan Pembesaran Ikan Patin

Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan permintaan pasar. Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.
Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:

1. Pemupukan

Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50-700 gram/m

Pemberian Pakan

Faktor yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberia makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.
Pemberian pakan berkualitas sangat menentukan pertumbuhan ikan sehinga ia dapat tumbuh besar secara maksimal. Jenis pakan yang umum diberikan pada ikan patin adalah pelet yang dapat dengan mudah ditemukan di pasaran. Anda juga dapat memberinya makanan alami agar ia tidak merasa bosan serta untuk menghemat biaya pemeliharaan. Selain itu makanan-makanan alami ini biasanya memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan ikan. Contoh makanan alami yang dapat diberikan kepada ikan patin yaitu ikan sisa, keong emas, kerang, bekicot, dan lain sebagainya.
Pakan ikan juga harus diberikan secara tepat dan seimbang sesuai dengan kebutuhan ikan. Jangan mentang-mentang ingin ikan cepat besar sehingga anda memberinya makan secara berlebihan. Bagaimana mengetahui berapa banyak kebutuhan seekor ikan? Kita dapat menentukannya dari bobot ikan. Idealnya jumlah pakan untuk ikan patin yang berbobot di bawah 200 gram per ekor adalah 3% – 5% dari keseluruhan bobot ikan pada kolam tersebut dan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Sementara untuk ikan patin yang berbobot di atas 200 gram per ekor dapat diberikan pakan dengan persentase 1,5% – 2% dari total bobot ikan di kolam tersebut dan diberikan satu kali sehari saat sore hari.
Pemberian pakan secara rutin dan tepat waktu perlu dilakukan agar ikan dapat tumbuh besar dan sehat secara makasimal. Apabila pemberian pakan selalu dilakukan dengan waktu yang tidak pernah berganti, memungkinkan ikan mapu beradaptasi dengan jadwal makan yang majikannya berikan.

3. Penanganan Hama Dan Penyakit

Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.

4. Pemanenan Ikan Patin
Masa panen merupakan masa yang ditunggu semua peternak. Dalam memanen ikan patin perlu diperhatikan apakah seluruh ikan sudah pantas dipanen atau belum. Jika bobot ikan dalam satu kolam beragam maka harus melakukan penen secara seleksi yaitu dengan menjaring ikan yang sudah layak panen saja. Sementara jika seluruh ikan dalam kolam tersebut sudah layak panen maka anda tinggal memanennya sekaligus tanpa perlu melakukan seleksi. Anda juga harus memanen secara hati-hati agar ikan yang sudah dipelihara sekian lama tidak mengalami cacat, kerusakan, bahkan mati karena cara panen yang keliru. Ikan patin yang masih hidup lebih disukai oleh konsumen sehingga meningkatkan nilai jualnya.

Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budi daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000.



Daftar Pustaka
http://www.bibitikan.net/teknik-budidaya-pembesaran-ikan-patin/
https://arenahewan.com/cara-memelihara-ikan-patin



                               

Jumat, 22 Maret 2019

Pembenihan Ikan Patin


PEMBENIHAN IKAN PATIN


Ikan Patin adalah sekelompok ikan berkumis atau Siluriformes yang termasuk dalam genus Pangasius dan famili Pangasiidae. Nama “Patin” juga diberikan pada salah satu anggotanya yaitu P. nasutus. Kelompok hewan ini memiliki banyak nilai ekonomi, seperti patin dan patin siam (P. hypophthalmus synonim. P. sutchi, atau beberapa menyebutnya jambal siam). Beberapa anggotanya hidup di Sungai Mekong dan diketahui memiliki ukuran sangat besar hingga mencapai panjang dua meter lebih.
Ikan patin banyak digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai olahan makanan seperti gulai, pindang, digoreng atau olahan yang lainnya. Kini banyak orang yang berusaha membudidayakan ikan patin ini. Namun untuk melakukan budidaya anda harus mengetahui cara pemijahan ikan patin tersebut dengan benar, berikut adalah cara pembenihan atau pemijahan ikan patin:
A.           Pemilihan Indukan Ikan Patin
Pemilihan Ikan Patin Sebaiknya berumur 3 tahun untuk betina dan 2 tahun untuk jantan dengan berat1,2-2 kg.  Pemilihan induk betina yag telah siap kawin (telurnya sudah matang) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara visual (tanpa alat bantu) dan dengan alat bantu
Memilih induk dengan cara visual .
·  Induk ikan ditangkap pada bagian pangkal ekor kemudian diangkat dari dalam air.
·  Badan ikan dibalik, lalu perhatikan besar kecilnya perut. Perut yang buncit kearah dubur merupakan salah
·  satu ciri induk yang telah matang gonad.
·  Perhatikan pula warna kulit di sekitar genitalnya. Apabila warnanya kemerahan, berarti telur sudah     matang.
·  Yang terakhir, rabalah bagian perutnya. Apabila lembek, itu juga merupakan salah satu ciri telur sudah  matang gonad

Perbedaan Indukan Jantan dan Betina Ikan Patin 

Induk Betina :
·  Umur 3 tahun.
·  Ukuran 1,2 – 2 Kg.
·  Perut mmbesar kearah anus.
·  Perut terasa empuk han halus bila diraba.
·  Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
·  Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
·  Kalau disekitar kloaka ditekan, akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya  seragam.
Induk Jantan :
·  Umur 2 tahun.
·  Ukuran 1,5 – 2 Kg.
·  Kulit perut lembek dan tipis.
·  Bila diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih.
·  Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.

Cara Visual

Indukan ditangkap kemudian perhatikan besar kecilnya perut. Selain itu juga dapat dengan melihat warna kulit yang ada pada sekitar genital, jika warnanya kemerahan berarti telur telah matang. Atau juga dengan meraba perut, jika lembek berarti telur telah matang gonad.

Cara Alat Bantu

Alat bantu yang dapat digunakan untuk melihat apakah ikan patin telah matang gonad dapat dilakukan dengan menggunakan selang kanulasi atau kateter, cawan kaca bening, larutan transparan
kertas milimeter dan lain sebagainya. Caranya:

Ikan ditangkap kemudian masukkan selang kanulasi ke saluran telur dengan perlahan dan hati-hati agar tidak menyentuh telur. Kemudian sedot untuk mendapatkan sampel telur, lalu ukur diameter telur dengan menggunakan mikroskop atau bisa juga dengan kertas milimeter, apabila telur berukuran sekitar 0,9 mm berarti telah matang gonad.
Selain cara itu, dapat juga dengan cara meletakkan telur dalam cawan kaca bening lalu diberi larutan trasparan, kemudian cawan diletakkan diatas lampu pijar atau senter dan amati posisi inti telur jika letaknya mendekati atau sudah berada di dinding telur erarti sudah matang gonad.
Untuk indukan jantan yang siap kawin dapat dilihat dengan cara mengurut bagian perutnya ke arah anus, jika keluar cairan putih berarti ikan jantan tersebut siap kawin.

B. Pemijahan Ikan Patin
Ikan patin yang dijadikan indukan, pada 6 hari pertama pemeliharaan diberi pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Pada hari ke 7, indukan disuntik dengan ekstrak kelenjar hipofisa. Lalu ikan tersebut diletakkan dalam kolam pembenihan.
Setelah sekitar 8-12 jam setelah penyuntikan kedua, indukan diambil dengan menggunakan kain hapa. Siapkan wadah untuk telur. Pemijahan dengan menyuntikan kelenjar hipofisa masih harus dibantu dengan pengurutan atau stripping mulai dari dada ke arah belakang dengan menggunakan jari tengah atau jempol, telur yang keluar ditampung dalam wadah yang telah disiapkan.
Telur yang sudah keluar kemudian dicampur dengan sperma jantan dan diaduk dengan menggunakan buku ayam sekitar 30 detik. Setelah itu, masukkan air bersih sedikit demi sedikit sambil terus diaduk selama sekitar 2 menit. Kemudian buang air dan ganti dengan air baru dan bilas sebanyak 2-3 kali hingga sisa sperma dan gelembug minyak pada telur berkurang.
C.  Penetasan Telur Ikan Patin

Siapkan kolam penetasan, kemudian pasang kain hapa lalu isi dengan air bersih, untuk menghindarkan timbulnya jamur maka perlu diberi larutan penghambat pertumbuhan jamur. Dalam kolam penetasan tersebut juga perlu dipasang aerator agar oksigen larva ikan dapat terpenuhi.
Jika sudah siap, sebar telur secara merata pada hapa, penyebaran tersebut agar tidak menumpuk yang menyebabkan elur membusuk maka penebaran dilakukan menggunakan bulu ayam.
D.  Pemeliharaan Larva Ikan Patin

Benih yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam aquarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. 
·  Setiap aquarium diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. 
·  Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per aquarium. 
·  Sampai benih berumur satu hari belum diberi makanan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sack atau kuning telur. 
·  Pada hari kedua dan ketiga baru benih itu diberi makanan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. 
·  Selanjutnya benih ikan diberi makanan moina (Moina cyprinacea) atau yang populer dikenal sebagai kutu air dan jentik-jenti nyamuk.
·  Larva dipelihara di aquarium hingga berumur 15 hari. Setelah berumur sekitar 17 – 18 hari, benih dijarangkan di kolam pendederan yang lebih luas dengan menjaga kondisi lingkungan, makanan yang cukup, serta kualitas airnya.


Daftar Pustaka
https://www.faunadanflora.com/mas Ad/2017/cara-pembenihan-ikan-patin/
http://www.alamikan.com /Agen Tama/2014/05/cara-pembenihan-ikan-patin.html


                               

Jumat, 15 Maret 2019

Cara Panen Dan Penanganan Pasca Panen Ikan Patin


CARA PANEN DAN PENANGANNAN PASCA PANEN IKAN PATIN




Penangkapan ikan patin pada masa panen merupakan hal yang menyenangkan karena kita akan segera memetik hasil budidaya patin, namun perlu kita ketahui bagaimana cara penangkapan yang baik karena jika cara penangkapan salah maka ada kemungkinan kita akan merugi. Penangkapan dengan menggunakan jala apung sangat tidak disarankan karena akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu.
Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan ikan patin seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
1. PANEN
1.    Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
2.    Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.
2. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1)     Penanganan ikan patin hidup

Harga ikan patin hidup lebih mahal dibandingkan dengan patin yang sudah mati, walaupun masih segar. Biasanya dapat mencapai dua kali lipat harga ikan mati yang msih segar. Oleh karena itu, pemanenan dan penanganan hasil harus hati-hati sehingga patin tetap hidup hingga sampai ke tangan konsumen.

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan 
agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
o    Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
o    Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
o    Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2)    Penanganan ikan patin segar

Ikan patin segar merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
o    Penangkapan ikan patin harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
o    Sebelum dikemas, ikan patin harus dicuci agar bersih darilendir.
o Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
o    Ikan patin diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
 Penanganan patin mati
Ikan patin yang telah mati harus dijaga agar tetap segar hingga sampai ditangan konsumen. Patin yang telah mati sangat cepat mengalami penurunan mutu. Kerusakan daging ikan setelah mati biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
Adanya enzim dalam tubuh ikan yang menyebabkan daging ikan menjadi busuk. Kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan enzim ini disebut “otolisis”.
a.    Adanya bakteri pembusuk dari luar tubuh ikan yang masuk ke dalam jaringan tubuh ikan mati dan menghancurkannya.
b.    anyya proses kimia di dalam jaringan tubuh yang mulai busuk karena proses otolisis.
Ketiga penyebab proses pembusukan tersebut dapat berjalan bersama-sama, tumpang-tindih atau saling memperkuat. Proses pembusukan akan semakin cepat bila suhu semakin tinggi. Proses pembusukan ikan dapat didinginkan sampai 0 C atau lebih rendah lagi.
Untuk mempertahankan kesegaran ikan, dapat diterapkan prinsip rantai dingin. Artinya, ikan yang telah mati setelah dipanen harus selalu dicampur es. Jumlah es yang digunakan tergantung pada waktu yang diinginkan. Efektivitas es untuk mempertahankan kesegaran ikan ditentukan oleh ketahanan es tetap membeku. Ada beberapa perlakuan untuk mempertahankan kesegaran ikan, antara lain:
a.   Pemanenan ikan harus dilakukan hati-hati agar ikan tidak luka. Ikan yang terluka akan mudah terserang bekteri sehingga terjadi otolisis.
b.      Ikan dimasukkan dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7C. Pada suhu tersebut, ikan yang masih hidup akan cepat pingsan dan mati tanpa meronta. Jumlah es yang digunakan sebanyak 1/6 volume air.
c.      Sebelum dikemas, ikanharus dicuci hingga bersih.
d.      Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat yang hanya memerlukan waktu 2-4 jam, dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang atau plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh, digunakan kotak dari seng atau fibreglass. Kapasitas kotak maksimum 50 cm. Ukuran ini adalah ukuran standar yang dapat menhindari resiko kerusakan ikan.
e.      Es yang digunakan harus es potongan kecil-kecil (es curah). Perbandingan jumlah es dan ikan sebaiknya 1:1. Es diletakkan secara berlapis-lapis. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm, ikan disusun di atas lapisan es tersebut, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak. Untuk pengangkutan dengan angkutan darat, biasanya digunakan kotak yang tidak berinsulasi karena hal tersebut dapat mengakibatkan es cepat mencair ketika udara panas. Oleh karena itu, bila perjalanannya lebih dari 6 jam, perlu ditambahkan es selama diperjalanan. Ikan yang disimpan di dalam kotak berinsulasi dan diberi es sesuai dengan prosedur tersebtu akan tahan sampai 7 hari.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1.  Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2.    Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3.    Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.    Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2.    Sistem tertutup

Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram.

3.    Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:

1.    masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
2.    hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
3.    alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
4.    kantong plastik lalu diikat.
5.  kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
·    Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
·      Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
·         Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
·      Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
·       Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya. Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:
·  Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi selama 24 jam.
·      Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
·         Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.
·         Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
·   Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.

Daftar Pustaka

http://www.bibitikan.net/cara-panen-dan-penanganan-pasca-panen-ikan-patin/
http://penyuluhannusantara.blogspot.com/ Zaelani Akbar/2012/01/panen-pasca-panen-ikan-patin.html
https://www.banyudadi.com/penanganan-panen-ikan-patin/